Jujur saja, dahulu saya masa bodoh dengan segala tetek bengek pemerintahan. Toh bagi saya, siapa pun Presidennya kehidupan saya tetap berjalan biasa saja, tidak pernah menjadi makmur. Mereka para pemimpin bertopeng selalu mendadak dermawan, santun, agamais, perhatian. Serta segala sesuatu yang mampu menjual dirinya, agar terlihat berbeda saat pesta demokrasi berlangsung. Mengatasnamakan rakyat, bahwa semua dari rakyat dan untuk rakyat. Tidak untuk kepentingan pribadi atau golongan. 
Namun setelah terpilih dan berkuasa, 180 derajat sikap mereka akan berubah seketika. Rakyat hanya dijadikan sebagai kendaraan perang untuk menghantarkan ke tampuk kekuasaan tertinggi. Janji tinggal janji, semua bisa dianggap sebagai cerita dalam mimpi. Toh nantinya rakyat lupa sendiri.
Lalu seorang Jokowi muncul dalam kancah percaturan politik Indonesia. Bepenampilan sederhana, dan terlalu apa adanya bagi saya. Banyak orang ragu akan sosoknya, takut kalau-kalau dia hanya dijadikan boneka para elit politik yang ingin menguasai tatanan negara. Waktu berjalan, matahari terbit dan terbenam sesuai waktunya. Hari pun berganti, pelan tapi pasti dukungan datang dari mereka yang ragu, menjadi simpati. Namun tidak sedikit yang mencaci maki.
Saat Jokowi menerima tampuk pimpinan di pundaknya, baik saya dan masyarakat yang awam akan urusan pemerintahan, tidak pernah tahu apa dan bagaimana kondisi negara sesungguhnya. Saat pemilu, saya mempercayakan pilihan kepada seorang Jokowi. Sebab ada aura kebaikan yang memancar pada dirinya. Serta dari pengamatan saat ia menjadi Gubernur DKI. Bukan sekedar nyoblos. Jadilah saya mempercayakan negeri ini padanya. Dan ... ternyata pilihan saya kali ini tepat. Indonesia berangsur-angsur pulih. Kenapa saya katakan pulih? Sebab selama ini Indonesia sakit. Penuh borok, dan borok alias koreng mulai berangsur kering.
Revolusi mental adalah hal yang paling tepat buat anak bangsa kita yang sudah terlalu dimanja, agar bisa bangkit serta berdiri di atas kaki sendiri. Namun banyak dari sebahagian rakyat salah mengerti. Kerja nyata tanpa banyak bicara juga mereka anggap tontonan basi bukan prestasi. Hujatan serta caci maki datang silih berganti. Namun Pak Jokowi bekerja dengan jujur dan sepenuh hati. Itu pun masih kurang di mata para pencaci.
Mau kalian apa, sih? Tidak gampang menjadi seorang Jokowi ditengah carut marutnya negeri. Ia menerima jabatan bukan sebab ingin dihormati, melainkan karena cinta pada pertiwi. Ketika hatinya ihklas untuk berbakti dengan dukungan anak istri, seorang Jokowi sudah meminta pada mereka untuk setia sampai akhirnya nanti. Mengabaikan seluruh cemoohan dan hujatan caci maki. Baginya masa kerja adalah untuk melayani seluruh rakyat negeri. Coba bukalah mata dan hati, baru kalian dapat melihat kebenaran hakiki.
Jokowi bukan Tuhan, ia hanya seorang yang telah ditakdirkan menjadi seorang pemimpin sebuah bangsa yang dipenuh pejabat-pejabat munafik, rakus, gila hormat. Menghamba pada uang. Kemunculannya ditengah-tengah para penggarong, membuat sebahagian Tuan yang Terhormat berang, kepanasan. Sebab lumbung-lumbung pangan mendadak berada dalam masa paceklik. Leher mereka serasa tercekik.
Bagi rakyat, kemunculan Jokowi ibarat Oase di gurun pasir. Pelepas rasa dahaga. Mimpi kita orang-orang kecil, mulai dapat diwujudkan satu persatu oleh seorang Jokowi. Jika diibaratkan dongeng, ia adalah Bapak peri yang baik hati. Namun tidak buat para pembenci, Jokowi hanya seseorang yang mengagalkan mimpi-mimpi mereka untuk menguasai negeri.
Sekali lagi, Jokowi bukanlah Tuhan, atau manusia super yang mampu dengan cepat dan instan memenuhi dan menyelesaikan segala pinta kita. Ia manusia biasa juga seperti kita, punya kekurangan, kesalahan, silaf dan alpa. Jadi, mbok ya, dimaklumi jangan malah mencaci, memprovokasi orang-orang untuk membencinya. Ia butuh bantuan kita, rakyat yang mendukung kinerjanya. Sebab itulah, kita harus tergerak untuk membantu. Walau tidak bisa dengan materi.
Dengan cara sebagai orang awam, mulailah perduli mengamati elit politik. Melihat berita-berita terkini tentang keadaan negara, walau tidak dengan darah dan tenaga. Setidaknya kita dukung Jokowi dengan semangat dan loyalitas.
JANGAN BIARKAN JOKOWI SENDIRI. KALAU TIDAK KITA SIAPA LAGI PERISAI YANG MELINDUNGINYA. JOKOWI DARI RAKYAT UNTUK RAKYAT. JOKOWI HARGA MATI BAGI SAYA, BAGAIMANA DENGAN ANDA SEKALIAN?
#SALAM_JOKOWI_UNTUK_INDONESIA_RAYA.
Namun setelah terpilih dan berkuasa, 180 derajat sikap mereka akan berubah seketika. Rakyat hanya dijadikan sebagai kendaraan perang untuk menghantarkan ke tampuk kekuasaan tertinggi. Janji tinggal janji, semua bisa dianggap sebagai cerita dalam mimpi. Toh nantinya rakyat lupa sendiri.
Lalu seorang Jokowi muncul dalam kancah percaturan politik Indonesia. Bepenampilan sederhana, dan terlalu apa adanya bagi saya. Banyak orang ragu akan sosoknya, takut kalau-kalau dia hanya dijadikan boneka para elit politik yang ingin menguasai tatanan negara. Waktu berjalan, matahari terbit dan terbenam sesuai waktunya. Hari pun berganti, pelan tapi pasti dukungan datang dari mereka yang ragu, menjadi simpati. Namun tidak sedikit yang mencaci maki.
Saat Jokowi menerima tampuk pimpinan di pundaknya, baik saya dan masyarakat yang awam akan urusan pemerintahan, tidak pernah tahu apa dan bagaimana kondisi negara sesungguhnya. Saat pemilu, saya mempercayakan pilihan kepada seorang Jokowi. Sebab ada aura kebaikan yang memancar pada dirinya. Serta dari pengamatan saat ia menjadi Gubernur DKI. Bukan sekedar nyoblos. Jadilah saya mempercayakan negeri ini padanya. Dan ... ternyata pilihan saya kali ini tepat. Indonesia berangsur-angsur pulih. Kenapa saya katakan pulih? Sebab selama ini Indonesia sakit. Penuh borok, dan borok alias koreng mulai berangsur kering.
Revolusi mental adalah hal yang paling tepat buat anak bangsa kita yang sudah terlalu dimanja, agar bisa bangkit serta berdiri di atas kaki sendiri. Namun banyak dari sebahagian rakyat salah mengerti. Kerja nyata tanpa banyak bicara juga mereka anggap tontonan basi bukan prestasi. Hujatan serta caci maki datang silih berganti. Namun Pak Jokowi bekerja dengan jujur dan sepenuh hati. Itu pun masih kurang di mata para pencaci.
Mau kalian apa, sih? Tidak gampang menjadi seorang Jokowi ditengah carut marutnya negeri. Ia menerima jabatan bukan sebab ingin dihormati, melainkan karena cinta pada pertiwi. Ketika hatinya ihklas untuk berbakti dengan dukungan anak istri, seorang Jokowi sudah meminta pada mereka untuk setia sampai akhirnya nanti. Mengabaikan seluruh cemoohan dan hujatan caci maki. Baginya masa kerja adalah untuk melayani seluruh rakyat negeri. Coba bukalah mata dan hati, baru kalian dapat melihat kebenaran hakiki.
Jokowi bukan Tuhan, ia hanya seorang yang telah ditakdirkan menjadi seorang pemimpin sebuah bangsa yang dipenuh pejabat-pejabat munafik, rakus, gila hormat. Menghamba pada uang. Kemunculannya ditengah-tengah para penggarong, membuat sebahagian Tuan yang Terhormat berang, kepanasan. Sebab lumbung-lumbung pangan mendadak berada dalam masa paceklik. Leher mereka serasa tercekik.
Bagi rakyat, kemunculan Jokowi ibarat Oase di gurun pasir. Pelepas rasa dahaga. Mimpi kita orang-orang kecil, mulai dapat diwujudkan satu persatu oleh seorang Jokowi. Jika diibaratkan dongeng, ia adalah Bapak peri yang baik hati. Namun tidak buat para pembenci, Jokowi hanya seseorang yang mengagalkan mimpi-mimpi mereka untuk menguasai negeri.
Sekali lagi, Jokowi bukanlah Tuhan, atau manusia super yang mampu dengan cepat dan instan memenuhi dan menyelesaikan segala pinta kita. Ia manusia biasa juga seperti kita, punya kekurangan, kesalahan, silaf dan alpa. Jadi, mbok ya, dimaklumi jangan malah mencaci, memprovokasi orang-orang untuk membencinya. Ia butuh bantuan kita, rakyat yang mendukung kinerjanya. Sebab itulah, kita harus tergerak untuk membantu. Walau tidak bisa dengan materi.
Dengan cara sebagai orang awam, mulailah perduli mengamati elit politik. Melihat berita-berita terkini tentang keadaan negara, walau tidak dengan darah dan tenaga. Setidaknya kita dukung Jokowi dengan semangat dan loyalitas.
JANGAN BIARKAN JOKOWI SENDIRI. KALAU TIDAK KITA SIAPA LAGI PERISAI YANG MELINDUNGINYA. JOKOWI DARI RAKYAT UNTUK RAKYAT. JOKOWI HARGA MATI BAGI SAYA, BAGAIMANA DENGAN ANDA SEKALIAN?
#SALAM_JOKOWI_UNTUK_INDONESIA_RAYA.
JOKOWI DI ANTARA PRO DAN KONTRA
 Reviewed by Lekry
        on 
        
Agustus 29, 2018
 
        Rating:
 
        Reviewed by Lekry
        on 
        
Agustus 29, 2018
 
        Rating: 
       Reviewed by Lekry
        on 
        
Agustus 29, 2018
 
        Rating:
 
        Reviewed by Lekry
        on 
        
Agustus 29, 2018
 
        Rating: 
 
 

 
 
 
 
 
 
 
Tidak ada komentar: